DESA PENTHUK
ladang persawahan desa Penthuk |
Desa Penthuk merupakan desa yang terletak di Kelurahan Kedungpoh, Kecamatan
Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Tepatnya persisi di bawah Bukit Parengan. Pada
mulanya Desa ini tergabung menjadi satu dengan desa-desa yang lainnya yang
dahulu merupakan hutan belantara, namun seiring berjalannya waktu hutan
tersebut berubah menjadi sebuah tempat
yang pantas untuk dijadikan perkampungan. Desa-desa tersebut akhirnya
dipecah-pecah sesuai dengan batas wilayah yang sejak dahulu telah disepakati
bersama. Satu diantara pecahan desa tersebut adalah Desa Penthuk.
Mengapa diberi nama demikian? Karena, di Desa ini permukaan tanahnya banyak
yang bentuknya seperti punggung Unta (naik-turun). Orang Jawa sering
memanggilnya dengan sebutan “mlenthuk”. Oleh karena itu, maka Desa ini diberi
nama Penthuk agar mudah untuk diingat.
Desa ini berdiri sejak tahun 1911, sekitar 102 tahun yang lalu bersamaan
dengan berdirinya desa-desa lain yang berkedudukan di Kelurahan Kedungpoh.
Setiap tanggal 24 Rajeb, warga desa sering memperingatinya sebagai hari
lahirnya Kelurahan Kedungpoh dimana di dalamnya terdapat desa Penthuk.
Peringatan akan kelahiran Kelurahan Kedungpoh tersebut sejak sekarang masih
dilakukan oleh warga desa disetiap tahunnya. Peringatan tersebut sering disebut
dengan nama Rasulan.
Mata pencaharian penduduk desa Penthuk mayoritas adalah petani. Hampir
seluruh penduduk di desa ini memiliki ladang yang dapat dipergunakan untuk
bercocok tanam. Namun, ada pula penduduk yang mata pencahariannya bukan petani,
seperti wiraswasta dan PNS. Bahkan hampir semua penduduk desa Penthuk adalah
pekerja walaupun mereka baru saja menamatkan pendidikannya dari bangku Sekolah
Menengah Atas. Ada pula yang masih berstatus sebagai mahasiswa namun sudah
memiliki pekerjaan.
Mayoritas penduduk desa Penthuk yang telah berusia lebih dari 55 tahun
hanya berpendidikan sampai di bangku SD dan SMP saja, atau bahkan tidak
bersekolah. Karena, mengingat kondisi pada waktu lampau yang tidak memungkinkan
bagi para penduduk untuk bersekolah, seperti keadaan ekonomi dan lingkungan
yang kurang mendukung. Namun, ada pula yang berpendidikan sampai ke jenjang SMA
dan Perguruan Tinggi, walaupun hanya berkisar 35% dari keseluruhan penduduk di
desa tersebut.
Di desa Penthuk terdapat sebuah Sekolah Taman Kanak-kanak atau disebut TK.
Sekolahan tersebut berdiri tepat di pusat desa, atau bersebelahan dengan balai
desa Penthuk. Siswa yang bersekolah di sana tidak hanya dari desa Penthuk saja,
melainkan dari berbagai desa yang ada di Kelurahan Kedungpoh.
Selain sekolah TK, di pusat desa Penthuk juga berdiri sebuah masjid yang
tempatnya persis bergandengan dengan sekolah TK tersebut. Masjid tersebut
merupakan satu-satunya tempat ibadah yang digunakan oleh penduduk desa Penthuk
yang beragama Islam untuk menjalankan ibadahnya. Karena, agama yang dianut oleh
penduduk desa Penthuk kebanyakan adalah agama Islam. Walaupun ada sekitar 7%
penduduk yang beragama non Islam.
Keadaan lingkungan di desa Penthuk yang sekarang telah banyak berubah. Jika
dahulu desa ini tampak seperti suasana pedesaan yang semestinya, sekarang desa
ini sudah banyak berubah. Walaupun tidak dapat dikatakan terlalu ramai, namun desa
ini pada kenyataannya memang bukan desa yang sepi lagi seperti kehidupan pada
puluhan tahun yang lalu. Karena, sekarang budaya-budaya tradisional seringkali
ditampilkan untuk menghilangkan suasana sepi di desa ini. Seperti pada saat
peringatan Rasulan, budaya-budaya tradisional tersebut sering di suguhkan untuk
sekedar menghibur dan mengingatkan akan budaya sendiri. Gejoh lesung dan
karawitan merupakan budaya tradisional yang sampai saat ini masih di jalankan
di desa ini. Pasalnya, kedua budaya tersebut telah melekat dan menjadi ciri
budaya tradisional di desa ini. Setiap peringatan kelahiran desa, kedua budaya
tradisional tersebut tidak pernah lupa untuk disajikan demi memeriahkan
peringatan tersebut. Namun, sayangnya ada satu hal yang membuat desa ini
terlihat pasif yaitu dengan sedikitnya organisasi masyarakat yang berdiri di
desa ini. Organisasi masyarakat yang ada di desa ini hanya ada organisasi
pengajian malam minggu legi, arisan PKK untuk para ibu rumah tangga, dan arisan
RT. walaupun hanya sedikit namun organisasi tersebut masih terus berjalan
hingga saat ini.
Di desa Penthuk tidak terdapat adanya usaha peternakan, karena kondisi
lahan desa ini memang tidak terlalu luas. Para penduduk hanya berwirausaha
dengan cara berdagang mendirikan warung-warung di sekitar rumah saja. Selain
hal-hal tersebut, desa Penthuk memang masih sedikit tradisional. Desa ini belum
memiliki sarana komunikasi modern dan transportasi yang memadahi seperti di
kota-kota, umumnya alat komunikasi tersebut berupa handphone/telepon rumah yang
dimiliki sendiri oleh warganya. Apabila mereka menghendaki warganya untuk
berkumpul bersama di waktu-waktu tertentu, mereka belum menggunakan alat
komunikasi modern seperti saat ini, seperti telepon umum ataupun internet.
Mereka hanya memukul Kenthongan dan para warga akan berkumpul karena mengerti
maksud dari bunyi kenthongan tersebut yang merupakan satu-satunya sarana
komunikasi tradisional yang sampai saat ini masih digunakan. Alat transportasi
penduduk desa inipun tidak seperti alat transportasi yang ada di kota-kota. Di
desa ini tidak ada sarana transportasi angkutan umum (bus umum), karena desa
ini hampir semua penduduknya memiliki kendaraan sendiri atau memang kondisi
desa yang tidak adanya jalan raya.
Seperti itulah sedikit gambaran desa Penthuk yang sekarang. Desa yang asri,
nyaman dan tenang. Anda boleh membuktikannya sendiri. Silakan berkunjung ke
desa Penthuk dan menikmati keindahan, keasrian dan ketenangan di desa ini. Kami
akan sangat senang menerima kedatangan Anda di desa kami.
jembatan yang menghubugkan desa Penthuk dengan desa yang lain |
sungai yang mengalir melalui desa Penthuk |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar