Rabu, 29 Mei 2013

DESA PENTHUK, KEDUNGPOH, NGLIPAR, GUNUGKIDUL


DESA PENTHUK


ladang persawahan desa Penthuk

Desa Penthuk merupakan desa yang terletak di Kelurahan Kedungpoh, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Tepatnya persisi di bawah Bukit Parengan. Pada mulanya Desa ini tergabung menjadi satu dengan desa-desa yang lainnya yang dahulu merupakan hutan belantara, namun seiring berjalannya waktu hutan tersebut berubah menjadi sebuah tempat  yang pantas untuk dijadikan perkampungan. Desa-desa tersebut akhirnya dipecah-pecah sesuai dengan batas wilayah yang sejak dahulu telah disepakati bersama. Satu diantara pecahan desa tersebut adalah Desa Penthuk.
Mengapa diberi nama demikian? Karena, di Desa ini permukaan tanahnya banyak yang bentuknya seperti punggung Unta (naik-turun). Orang Jawa sering memanggilnya dengan sebutan “mlenthuk”. Oleh karena itu, maka Desa ini diberi nama Penthuk agar mudah untuk diingat.
Desa ini berdiri sejak tahun 1911, sekitar 102 tahun yang lalu bersamaan dengan berdirinya desa-desa lain yang berkedudukan di Kelurahan Kedungpoh. Setiap tanggal 24 Rajeb, warga desa sering memperingatinya sebagai hari lahirnya Kelurahan Kedungpoh dimana di dalamnya terdapat desa Penthuk. Peringatan akan kelahiran Kelurahan Kedungpoh tersebut sejak sekarang masih dilakukan oleh warga desa disetiap tahunnya. Peringatan tersebut sering disebut dengan nama Rasulan.
Mata pencaharian penduduk desa Penthuk mayoritas adalah petani. Hampir seluruh penduduk di desa ini memiliki ladang yang dapat dipergunakan untuk bercocok tanam. Namun, ada pula penduduk yang mata pencahariannya bukan petani, seperti wiraswasta dan PNS. Bahkan hampir semua penduduk desa Penthuk adalah pekerja walaupun mereka baru saja menamatkan pendidikannya dari bangku Sekolah Menengah Atas. Ada pula yang masih berstatus sebagai mahasiswa namun sudah memiliki pekerjaan.
Mayoritas penduduk desa Penthuk yang telah berusia lebih dari 55 tahun hanya berpendidikan sampai di bangku SD dan SMP saja, atau bahkan tidak bersekolah. Karena, mengingat kondisi pada waktu lampau yang tidak memungkinkan bagi para penduduk untuk bersekolah, seperti keadaan ekonomi dan lingkungan yang kurang mendukung. Namun, ada pula yang berpendidikan sampai ke jenjang SMA dan Perguruan Tinggi, walaupun hanya berkisar 35% dari keseluruhan penduduk di desa tersebut.
Di desa Penthuk terdapat sebuah Sekolah Taman Kanak-kanak atau disebut TK. Sekolahan tersebut berdiri tepat di pusat desa, atau bersebelahan dengan balai desa Penthuk. Siswa yang bersekolah di sana tidak hanya dari desa Penthuk saja, melainkan dari berbagai desa yang ada di Kelurahan Kedungpoh.
Selain sekolah TK, di pusat desa Penthuk juga berdiri sebuah masjid yang tempatnya persis bergandengan dengan sekolah TK tersebut. Masjid tersebut merupakan satu-satunya tempat ibadah yang digunakan oleh penduduk desa Penthuk yang beragama Islam untuk menjalankan ibadahnya. Karena, agama yang dianut oleh penduduk desa Penthuk kebanyakan adalah agama Islam. Walaupun ada sekitar 7% penduduk yang beragama non Islam.
Keadaan lingkungan di desa Penthuk yang sekarang telah banyak berubah. Jika dahulu desa ini tampak seperti suasana pedesaan yang semestinya, sekarang desa ini sudah banyak berubah. Walaupun tidak dapat dikatakan terlalu ramai, namun desa ini pada kenyataannya memang bukan desa yang sepi lagi seperti kehidupan pada puluhan tahun yang lalu. Karena, sekarang budaya-budaya tradisional seringkali ditampilkan untuk menghilangkan suasana sepi di desa ini. Seperti pada saat peringatan Rasulan, budaya-budaya tradisional tersebut sering di suguhkan untuk sekedar menghibur dan mengingatkan akan budaya sendiri. Gejoh lesung dan karawitan merupakan budaya tradisional yang sampai saat ini masih di jalankan di desa ini. Pasalnya, kedua budaya tersebut telah melekat dan menjadi ciri budaya tradisional di desa ini. Setiap peringatan kelahiran desa, kedua budaya tradisional tersebut tidak pernah lupa untuk disajikan demi memeriahkan peringatan tersebut. Namun, sayangnya ada satu hal yang membuat desa ini terlihat pasif yaitu dengan sedikitnya organisasi masyarakat yang berdiri di desa ini. Organisasi masyarakat yang ada di desa ini hanya ada organisasi pengajian malam minggu legi, arisan PKK untuk para ibu rumah tangga, dan arisan RT. walaupun hanya sedikit namun organisasi tersebut masih terus berjalan hingga saat ini.
Di desa Penthuk tidak terdapat adanya usaha peternakan, karena kondisi lahan desa ini memang tidak terlalu luas. Para penduduk hanya berwirausaha dengan cara berdagang mendirikan warung-warung di sekitar rumah saja. Selain hal-hal tersebut, desa Penthuk memang masih sedikit tradisional. Desa ini belum memiliki sarana komunikasi modern dan transportasi yang memadahi seperti di kota-kota, umumnya alat komunikasi tersebut berupa handphone/telepon rumah yang dimiliki sendiri oleh warganya. Apabila mereka menghendaki warganya untuk berkumpul bersama di waktu-waktu tertentu, mereka belum menggunakan alat komunikasi modern seperti saat ini, seperti telepon umum ataupun internet. Mereka hanya memukul Kenthongan dan para warga akan berkumpul karena mengerti maksud dari bunyi kenthongan tersebut yang merupakan satu-satunya sarana komunikasi tradisional yang sampai saat ini masih digunakan. Alat transportasi penduduk desa inipun tidak seperti alat transportasi yang ada di kota-kota. Di desa ini tidak ada sarana transportasi angkutan umum (bus umum), karena desa ini hampir semua penduduknya memiliki kendaraan sendiri atau memang kondisi desa yang tidak adanya jalan raya.
Seperti itulah sedikit gambaran desa Penthuk yang sekarang. Desa yang asri, nyaman dan tenang. Anda boleh membuktikannya sendiri. Silakan berkunjung ke desa Penthuk dan menikmati keindahan, keasrian dan ketenangan di desa ini. Kami akan sangat senang menerima kedatangan Anda di desa kami.
jembatan yang menghubugkan desa Penthuk dengan desa yang lain

sungai yang mengalir melalui desa Penthuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar